Saturday, November 5, 2011

Seri Sirah Nabawiyyah 3 - Sumber Pengambilan Siroh Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam (bagian 2)


Sumber Pengambilan Siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

-lanjutan dari sebelumnya-

2. Buku-buku Hadits (hadits -hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam)
Adapun arti pentingnya buku-buku hadits dalam pengambilan siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamkembali kepada apa yang terkandung dalam buku-buku tersebut dari kumpulan ucapan, perbuatan, persetujuan dan sifat-sifat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam baik fisik ataupun akhlaq, karena hadits-hadits tersebut menceritakan kehidupan beliau sehari-hari sehingga memiliki hubungan yang erat sekali dalam pengambilan siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan tidak diragukan lagi bahwa madah (isi materi) siroh dalam buku-buku hadits adalah akurat dan wajib di jadikan sandaran dalam pengambilan siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan di dahulukan dari riwayat-riwayat yang ada dibuku-buku sejarah dan yang lainnya.
Diantara buku-buku hadits yang penting dan banyak menceritakan kejadian-kejadian sejarah siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Shohih Bukhory, Shohih Muslim, Jami’ At Tirmidzy, Sunan Abi Daud, Musnad Ahmad bin Hambal, Sunan An Nasa’i, Sunan Ibnu Majah dan Mushanaf Ibnu Ab Syaibah serta yang lain-lainnya.


Misalnya Imam Bukhori rahimahullah telah memberikan perhatian yang besar dalam hal ini sehingga membuat beberapa kitab dan bab yang khusus menjelaskan sejarah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum dan sesudah diutusnya beliau sebagai Nabi dan Rasul, peperangan dan navigasi militernya, delegasi dan surat-menyurat beliau , keutamaan shohabat dan istri-istri beliau. Demikian juga Imam Muslim dalam Shohih Muslim seperti kitab al jihad was siarFadhooil Nabi, Fadhoil shohabatImarohdan banyak tersebar riwayat-riwayat siroh yang beliau sampaikan dalam kitab tersebut.

3. Buku-buku Syamaail
Buku-buku Syamaail adalah buku-buku yang dikarang untuk menjelaskan sifat-sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Buku-buku ini sangat penting dalam melengkapi siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga sebagian ulama menulis buku-buku ini terpisah dari buku-buku hadits. Padahal kalau dilihat kembali, sebenarnya sebagian besar hadits-hadits yang berhubungan dengan hal itu ada dalam buku-buku hadits. Diantara ulama-ulama tersebut adalah Imam At Tirmidzy dalam kitabnya Syamaail Muhammadiyah,yang telah diringkas oleh Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albany rahimahullah. Demikian pula Imam Al Baghowy dalam kitab Al Anwaar fi Syamaail An Nabi Al Mukhtar dan Ibnu Katsier dalam buku Syamaail Al Rasul serta Syeikh Muhammad Jamil Jainu dalam buku Quthb Min Al Syamaail Muhammadiyah Wa AL Akhlaq Al Nabawiyah Wa Al Adab Al Islamiyah yang telah diterjemahkan dengan judul Pribadi dan Akhlak Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Akan tetapi dalam kitab-kitab ini belum seluruhnya berisi hadits-hadits shohih, sehingga sehingga mengharuskan kita untuk memilah-milahnya kembali. Namun Para ulamapun tidak berdiam diri dalam hal ini, mereka mulai memilah-milahnya sehingga memudahkan kita untuk membacanya, diantara ulama yang telah melakukan hal itu adalah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah dalam ringkasan beliau diatas dan Syaikh Muhammad Jamil Jainu hafizhahullah dalam buku beliau tersebut.

4. Buku-buku Dalaail An Nubuwah
Buku-buku ini adalah buku-buku yang dikarang untuk menjelaskan bukti kebenaran kenabian dan mu’jizat-mu’jizat yang terjadi padanya.
Diantara buku-buku ini adalah kitab Dalaail An Nubuwah karangan Abu Nu’aim Al Ashbahany dan Dalaail An Nubuwah karangan Al Baihaqy.demikian juga Imam Syuyuthy menulis kitab Al Khoshooishul Kubro. Akan tetapi kitab-kitab ini pun membutuhkan satu perhatian yang sangat serius agar lebih dapat di manfaatkan.

5. Buku-buku Maghozy dan siroh
Buku-buku Maghozy ini menampilkan kejadian-kejadian siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, peperangan beliau, pengiriman saraya (pasukan perang yang tidak dipimpin langsung oleh beliau/ Navigasi militer) dan marhalah (tingkatan) dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan buku-buku ini merupakan referensi (rujukan) yang sangat penting dalam mempelajari siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Demikian juga buku-buku siroh yang khusus menjelaskan siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah dikarang oleh para ulama sejak abad pertama hijriyah, dan diantara ulama-ulama pertama yang terkenal memiliki perhatian khusus dalam penulisan siroh secara umum adalah: Abdullah bin Abbas (Wafat tahun 78 H), Sa’id bin Sa’ad bin Ubadah, Sahl bin Abi Hatsmah (wafat di zaman Muawiyah), Urwah bin Zubair (wafat tahun 92 atau 94 H), Said bin Musayyib (wafat tahun 94 H), Aban bin Utsman bin Affan (wafat tahun 87 atau 105 H) dan Abu Fadhoolah Abdullah bin Kaab bin Maalik Al Anshory (wafat tahun 97 H).dan dalam abad kedua Hijriyah: Al Qashim bin Muhammad bin Abi Bakr As Shiddiq (wafat tahun 107H), Wahab bin Munabbih (wafat tahun 114 H), Syarahbiil bin Said (wafat Tahun 123 H), Abu Ruh Yazid bin Rumaan Al Asady (wafat tahun 130 H), Abul Aswad Muhammad bin Abdur-Rahman bin Naufal Al Asady (Wafat tahun 131 H), Abdullah bin Abi Bakr bin Hazm (wafat antara tahun 130 – 135 H), Musa bin Uqbah (wafat tahun 141 H), Muhammad bin Ishaaq Al Muthaliby (wafat tahun 151 H), Yunus bin Yazid Al Aily (wafat tahun 152 H), Ma’mar bin Rasyid Al Bashry(wafat tahun 154 H), Abu Ma’syar As Sindy (wafat setelah tahun 170 H), Abu Ishaaq Al Fazaary (wafat tahun 187 H) dan Al Walid bin Muslim Ad Dimasyqy (wafat tahun 195 H). Sedangkan dalam abad ketiga hijriyah muncul ulama-ulama siroh seperti : Muhammad bin Umar Al Waqidy (wafat tahun 207 H), Abdur-Razaq bin Hammaam As Shon’any (wafat tahun 211 H), Sa’id bin Al Mughiroh bin As Shoyaad Al Mushishy (wafat tahun 220 H), Ahmad bin Muhammad Al Warroq (wafat tahun 227 H), Muhammad bin Saad bin Manii’ Az Zuhry (wafat tahun 230 H), Muhammad bin Aidz Al Qurasyi (wafat tahun 224 H), Sulaiman bin Thorkhaan At Taimy (wafat tahun 245 H), Hisyam bin Ammar (wafat tahun 245 H), Said bin Yahya Al Umawy (wafat tahun 249 H),dan Umar bin Syabah bin Ubaid (wafat tahun 262 H)rahimahumullah.
Sebagian ulama sejarah telah mengklasifikasikan para ulama penulis siroh menjadi beberapa kelompok tingkatan,yaitu pertama, kedua, dan ketiga dengan tokoh-tokoh yang termasyhur dari mereka:
Kelompok tingkatan yang pertama dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Abaan, Urwah, Syarahbiil dan Ibnu Munabbih dan buku-buku mereka tidak ada yang sampai kepada kita akan tetapi banyak riwayat-riwayat siroh mereka yang dapat ditemui di buku-buku ulama setelah mereka dan Prof.Dr. Muhammad Mushthofa Al A’dzomy mengumpulkan riwayat-riwayat Urwah dalam siroh dengan melalui riwayat Abil Aswad darinya dan dicetak dengan judul Maghozi Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam li Urwah bin Az Zubair –bi riwayat Abil Aswad yatiim urwah.
Kelompok tingkatan yang kedua dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Abdullah bin Abi Bakar, ashim, dan Az Zuhry dan buku-buku mereka tidak ada yang sampai kepada kita akan tetapi banyak riwayat-riwayat siroh mereka yang dapat ditemui di buku-buku ulama setelah mereka dan sebagian penulis dan peneliti siroh Nabi pada masa kini mulai mengumpulkan riwayat-riwayat tersebut dalam satu buku, seperti Dr. Suhail zikaar mengumpulkan riwayat-riwayat Az Zuhry dari buku-buku yang ada dan memberi judul Al Maghozy An Nabawiyah.
Kelompok tingkatan yang ketiga dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Ibnu Uqbah, Ibnu Raasyid, Ibnu Ishaaq, Al Fazaary, Al waalid, Al Waaqidy, Abdurrozaaq, Al Mushishy, Ibnu Saad, Al Waraq, Ibnu Aidz, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Thorkhon, Ibnu Ammaar, dan Al Umawy dan telah sampai kepada kita beberap juz dari kebanyakan buku-buku mereka,seperti sebagian juz dari maghozy Ibnu Uqbah dan itu berupa satu bagian yang ditemukan Edward S. dan diterbitkan dengan terjemahan bahasa jerman pada tahun 1904 M, beberapa juz dari siroh Ibnu Ishaaq dan yang terpenting adaalah bagian yang terkenal dengan siroh Ibnu Hisyaam kemudian juz yang diberi nama As Siyar wal Maghozy yang diterbitkan dengan tahqiq Dr.Muhammad Hamidullah Al Haidaraabady dan yang lain ditahqiq oleh Dr. Suhai Zikaar, sirotur Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam karangan Al fazaary yang ditemukan dua juz dari kitab tersebut di Universitas Al Qorawiin di Maroko yang akan ditahqiq oleh Dr. Faruuq Hammadah, Maghozy Al Waqidy yang dicetak tiga jilid dengan tahqiq M.John, dan juga sampai kepada kita kitab siroh karya Abdurrazaaq yang digabung dengan kitab beliau Al Mushannaf dan itu telah dicetak dan tersebar serta kitab Ath Thobaqaat Al Kubrokarya Ibnu Saad yang dicetak dalam tujuh jilid ,pada jilid pertama dan keduanya merupakan riwayat siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi kebanyakan riwayat-riwayatnya dalam siroh diambil dari gurunya Al Waaqidy dan beliau telah menukil darinya sebanyak 143 riwayat.demikian juga ditemukan transkrip dari kitab Ibnu ‘Aaidz di Musium Nasonal Inggris di London, transkrip tarikh Ibnu Abi Syaibah di Universitas Islam Madinah.

Akan tetapi dari mereka semuanya ini hanya beberapa saja yang sampai sekarang masih terkenal dan tersohor dalam siroh, diantaranya Ibnu Ishaaq, Al Waqidy dan Ibnu Sa’ad. Khususnya Ibnu Ishaaq yang telah dikenal oleh kebanyakan orang hal itu mungkin disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Penyampaian siroh dengan mengurutkan waktu kejadian (Tasalsul Zamani)
2. Mengumpulkan semua berita yang sampai kepadanya tentang satu kejadian dan membawakannya dalam satu penyampaian tanpa melihat kepada pengkhususan riwayat seorang dari yang lainnya.
3. Keluasan ilmu dan kedudukan serta ketinggian bahasa (kefasihan) beliau dalam penyampaian
4. Khidmah Ibnu Hisyam dengan menyusun ulang kitab tersebut yang membuat kitab tersebut menjadi lebih baik dan bagus sehingga banyak membuat ulama memperhatikannya dengan meneliti,mensyarah dan memberikan komentar ilmiyah kepadanya. Kitab siroh Ibnu Hisyam ini telah diterjemahkan dengan judul Siroh Ibnu Hisyam.

6. Buku-buku yang dikarang dalam sejarah dua tanah suci yaitu Makkah dan Madinah.
Para Ulama telah menulis karangan yang khusus tentan dua kota suci ini dalam rangka menjelaskan sejarah kedua kota ini sebeum dan sesudah islam, sehingga banyak membantu dalam memahami siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,sehingga dengan demikian juga merupakan satu referensi (rujukan) yang sangat penting dalam siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diantara buku-buku tersebut yang telah diterbitkan pada masa ini adalah: Taarikh Makkah oleh Abul Walid Muhammad bin Abdullah Al Azrooqy (wafat tahun 250 H) dicetak dengan tahqiq As Syeikh Rusydi Ash Sholih, Taarikh Makkah wa ma Jaa fiha min al atsar dan kitab Ad Duroh AtsTsaminah Fi Akhbaril Madinah oleh Ibnu Najjaar, Akhbaar madinah Rasulullah wa taarikh Makkah oleh Al Faakihany (wafat tahun 280 H), Syifaul Gharam Bi Akhbaar balad Allah Al Haraam oleh Muhammad bin Ahmad Al Faasy (wafat tahun 832 H) di tahqiq oleh Dr. Umar Abdusalam tadmury, Tarikh Al Madinah karya Ibnu Zubaalah (wafat tahun 200 H) dicetak dengan tahqiq Abdul Malik bin duhaisy, Tarikh Al Madinah karya Ibnu Bakkaar (wafat tahun 256 H),Tarikh Al Madinah karya Umar bin Syabah (wafat tahun 262 H) dicetaak oleh As Sayid habib mahmud ahmad dengan tahqiq Fuhaim syaltut, dan buku-buku ini seperti buku-buku yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sempurna dan baik setelah dilihat kembali keabsahan berita yang ada.

7. Buku-buku taarikh umum.
Buku-buku ini memaparkan sejarah umat manusia dan negara serta tokoh-tokoh sejarah secara umum sejak sebelum islam sampai di masa penulisnya, seperti Taarikh al Umam wa Ar Rausul wa Al Muluk oleh Ibnu Jarir Aththobary dan Tarikh Kholifah bin Khiyath Al Ushfury (wafat tahun 240 H), Al Badu wa At Taarikhkarya Ibnu Thohir (wafat tahun 355 H), Futuuh Al buldan karya Ahmad bin Yahya Al Balaadzary (wafat tahun 279 H), Tarikh Al Ya’quby karya Ahmad bin Ja’far bin Wahb (wafat tahun 292), Muruj Al Madzhab dan At tambiih Wal Isyraaf karya Abul Hasan Ali bin Husein Al Mas’udy, Taarikh Damaskus Al Kabir karya Abul Qashim Ali bin Al Hasan bin Asaakir (wafat tahun 571.M) dan lain-lainnya.
Buku-buku ini merupakan referensi penting dalam memahami siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena menceritakan kejadian-kejadian yang ada pada waktu itu secara umum. Demikian juga kitab Al Bidayah Wa Al Nihayah karya Ibnu Al Qayim.

8. Buku-buku sastra arab (Adab).
Ini merupakan referensi pelengkap dalam siroh, karena berisikan syair-syair yang banyak mengisahkan hal-hal yang terjadi dimasa-masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sekitarnya. Diantara buku-buku tersebut adalah Al Aghoony karya Abul Faraj Ali bin Hasein Al Ashbahany, Al Kamil fi Al Lughoh wal Adabkarya Al Mubarid, Al Waqf wal Ibtida’ wal Adhdhad karya Al Anbary dan Al Aqdul Fariid karya Abu Umar Ahmad bin Muhammad bin Adurrobih Al Qurthuby

9. Buku-buku pelengkap lainnya
Buku-buku geografi dan buku-buku yang membahas perkembangan Jaziroh Arabiyah dan sekitarnya juga sangat membantu dalam memberikan gambaran jelas keadaan dan kondisi daerah dan sosialnya, sehingga lebih memberi kejelasan himah diturunkannya Rasululloh di jaziroh Arabiyah, seperti bukuKhashais Jaziroh Arabiyah karya Syaikh bakr bin Abdillah Abu Zaid. Disamping buku-buku siroh karya para ulama zaman ini yang sangat banyak sekali.
Inilah referensi-referensi yang bisa kita jadikan rujukan dalam mempelajari siroh shallallahu ‘alaihi wasallam dengan melihat kembali keabsahan berita yang tertuangkan dalam buku-buku tersebut. Sudah sepantasnyalah kita memberikan perhatian yang lebih terhadap buku-buku yang menjelaskan keabsahan dan keotentikan berita dan data yang ada padanya dengan tetap melihat kepada metode para ulama islam seputar hal tersebut, mudah-mudah dengan demikian dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

E. Bagaimana Memahami Siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Seorang yang ingin memahami siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan benar dan akurat harus kembali mempelajari, merenungkan dan meneliti sumber-sumber pengambilan siroh tersebut dengan memperhatikan metode-metode penulisan siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah ditulis para ulama dengan memandang hal-hal sebagai berikut:
1. Meyakini bahwa As Sunnah An Nabawiyah adalah wahyu dari Allah taala dan siroh merupakan bagian dari Sunnah tersebut
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
????? ??????? ?????????? ?????????? ?? ???????? ??????
“Ketahuilah bahwa diturunkan kepadaku Al Qur’an dan yang semisalnya bersamanya”
2. Mengetahui bahwa Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika terjun memperbaiki umat manusia bukanlah sekedar pembaharu sosial yang bersandar kepada kepakaran dan kehebatannya semata akan tetapi dia adalah seorang Rasul yang diutus Allah dengan wahyu sehingga keberhasilan beliau adalah tauufiq dari Allah,oleh karena itu seluruh aspek kehidupannya berada dibawah bimbingan dan arahan dari Allah.dan dengan demikian kita akan melihat siroh Nabi sebagai siroh yang maksum dan dapat mengarahkan akal kita untuk memahami konsep ini.
3. Memahami siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai siroh yang komprehensif (menyeluruh) dan sempurna yang menggambarkan satu pribadi yang sempurna
4. Mempelajarinya untuk dapat mengambil faedah dan pelajaran yang dapat digunakan dalam mengarungi kehidupan ini.

F. Metode Mempelajari Siroh Nabi
Tidak diragukan lagi bahwa dalam mempelajari siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dibutuhkan satu metode yang sesuai dengan konsep islam dalam memahami siroh dan sesuai dengan metodologi para Muhaditsin (Ahli Hadits) dalam pembahasan kandungan siroh tersebut. Dari sini para ulama menetapkan metode mempelajari siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu metode kritik dan pembuktian kebenaran.
Metode ini adalah metode yang ditetapkan dan diterapkan para Muhadditsin dalam menerima segala khobar dengan melihat dan mempelajari sanad dan matan (isi) berita untuk dapat menguji keotentikan dan keakuratan berita tersebut.
1. Penelitian dan kritik Sanad atau Isnad
Isnad atau sanad adalah rangkaian para periwayat yang menyampaikan suatu khabar (berita) dari satu perawi kepada perawi berikutnya secara berangkai, hingga sampai pada sumber khabar yang diriwayatkan itu. (Lihat: Al Manhaj Al Islaamy fi AlJarh Wa Ta’dil hal. 231).
Dalam konsep islam, sanad dipandang sebagai tulang punggung berita, dia merupakan media kritik terhadap satu berita, karena dengan diketahui siapa-siapa yang meriwayatkannya maka akan dapat diketahui pula nilai berita tersebut. Sanad yang bersambung lagi shohih merupakan karakteristik (kekhususan) umat Islam. Kegunaannya ialah untuk memberikan rasa tentram dan percaya pada berita yang diriwayatkan dengan cara seperti ini, karena didalamnya terhimpun sejumlah bukti dan pendukung berupa perawi-perawinya bersifat adil, tsiqaat dan dhobit. Dari sejumlah pendukung itulah keshahihan suatu berita yang diriwayatkan menjadi kokoh. Kegunaan lainnya, bahwa riwayat-riwayat yang disandarkan pada sanad jauh lebih utama dibandingkan riwayat atau khobar yang disampaikan dengan tanpa sanad,karena sanad dalam suatu riwayat itu dapat digunakan untuk melacak keotentikan riwayat tersebut. Mekanisme kritik dan pengujiannya juga dapat dilakukan dengan cara yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan khabar-khabar atau riwayat yang tidak bersanad. (Lihat: Akrom dia’ul Umary ,dirasat tarikhiyah hal 26 dan di ringkas dan dirubah dari fitnah kubro karya Prof DR M. Amhazun yang diterjemahkan oleh Daud Rasyid dari hal.39-79 dengan beberapa perubahan dan penambahan).
Dengan demikian tujuan penetapan sanad adalah memastikan keshahihan (keotentikan) suatu nash (teks) atau berita, serta melenyapkan kepalsuan dan kebohongan yang mungkin ada padanya.
Nilai penting atau urgensi sanad tidak hanya terbatas untuk hadits-hadits Nabawi saja, lebih dari itu juga masuk pada sejumlah cabang ilmu-ilmu lainnya seperti Tafsir ,tarikh, sastra, bahkan sepertinya telah mendominasi metode pengkodifikasian ilmu-ilmu keislaman yang beraneka ragam.
Dalam bidang siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, penyebutan sanad akan banyak membantu pelacakan kebenaran suatu riwayat dan kritik informasi, oleh karena itu para ulama tetap mempertahan keberadaan sanad ini dan terus melakukan pengumpulan, penelitian dan penulisannya. Mereka telah memperhatikan hal ini sejak dini dan terus melakukan usaha keras untuk meluruskan dan membongkar kedustaan yang ada dalam khabar (berita) dengan melalui dua aspek yaitu:
1. Aspek teoritis, yaitu penetapan kaidah-kaidah yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kedustaan
2. Aspek praktis, yaitu penjelasan tentang pribadi-pribadi yang disinyalir sebagai pendusta dan seruannya pada umat manusa agar bersikap hati-hati terhadap mereka.
Dalam aspek teoritis, metode kritik para ulama telah berhasil sampai pada peletakan kaidah-kaidah ilmu periwayatan yang canggih dan sangat teliti sebagai puncak kreasi yang dihasilkan oleh kemampuan manusia. Untuk mengetahui ketelitian metode ilmiyah yang diikuti ulama yang berkecimpung ibidang ini, maka cukuplah kita baca karya-karya yang mereka hasilkan dalam bentuk kaidah-kaidah Al Jarh dan At Ta’dil, pengertian istilah-istilah yang tercakup dalam dua kategori itu, urutan hirarkhisnya yang dimuali dari yang teratas -Ta’dil- sampai tingkat yang terbawah –jarh-,syarat-syarat penerimaan suatu riwayat,dimana mereka tetapkan dua syarat pokok terhadap perawi yang bisa diterima periwayatannya, yaitu :
1. Al Adalah (keadilan) yaitu seorang perawi itu harus muslim, baligh, berakal, jujur, terbebas dari sebab-sebab kefasikan dan terhindar dari hal-hal yang merusak muru’ah (martabat diri)
2. Adh Dhobt yaitu seorang perawi harus menguasai apa yang diriwayatkannya, hafal atas apa yang diriwayatkan kalau dia meriwayatkannya dengan metode hafalan, cermat dengan kitabnya kalau dia meriwayatkannya dengan melalui kitabnya.
Diantara kaidah-kaidah periwayatan itu adalah menghindari pengambilan riwayat (informasi) dari nara sumber yang lemah (dhoif) dan sebaliknya selalu memilih riwayat dari perawi yang amanah (tsiqat), mensyaratkan kejujuran, karena kebodohan dan kedustaan itu menyebabkan gugurnya sifat Al Adalah (adil) , tidak meriwayatkan dari orang yang kacau dan berubah-ubah hafalannya dan tidak menjadikan riwayat-riwayat dari mereka sebagai hujjah. juga tidak menjadikan sebagai hujjah, hadits-hadits yang berasal dari perawi-perawi yang banyak keliru dan kesalahan dalam periwayatan dan menghindari periwayatan dari ahlil hawa.
Adapun dari aspek praktis adalah seperti penyebutan para perawi (curruculum vitae-nya) serta penjelasan kualitas atau penilaian terhadapnya.untuk kepentingan ini terdapat para ulama yang khusus menyusun sejumlah besar karya yang menjelaskan hal tersebut.dan sudah menjadi satu hal yang tidak diragukan lagi bahwa karya-karya tentang kaedah-kaedah periwayatan dan tentang para perawi itu telah memberi andil yang cukup besar dan penting dalam pemurnian islam dan pelurusan siroh dan sejarah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam serta Islam pada umumnya.
2. Kritik Dan Penelitian Matan.
Secara bahasa matan adalah sesuatu yang keras atau terjal dan mencuat dari tanah (Lihat: Al Qamus Al Muhiith). Sedangkan menurut Istilah, matan merupakan susunan kalimat yang tercantum pada akhir sanad pada umumnya dan terkadang ditulis sebelum sanad, yang berarti teks dari khabar itu sendiri. Dan yang dimaksudkan dengan studi matan disini adalah mempelajari nash-nash (teks khabar) dari berbagai seginya:
(1) Ada yang memfokuskan pada penelitian di seputar keshohihannya, apabila tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah dan kaidah-kaidah yang sudah pasti (qath’iy) alias tidak berlawanan dengan watak zaman dimana peristiwa itu terjadi, tradisi mesyarakat dan nilai-nilainya, dan tidak bertentangan dengan watak alami sesuatu dan informasi-informasi kesejarahan yang telah valid, atau tidak mengandung sesuatu yang tidak mungkin atau kemustahilan, dan lain-lain.
(2) Ada yang memfokuskan studi matan tersebut pada upaya pemahaman makna nash itu sendiri, baik menyangkut pemahaman atas muatan hukumnya, dalalah (konotasi) nya, atau pemahaman segi bahasa dan lafadznya.
Dalam penelitian hadits dan sumber-sumber siroh ini, para ulama tidak berhenti hanya meneliti dan memfokuskan penelitian pada sanad akan tetapi juga memberikan perhatian serius pada penelitian matan, karena illat (cacat) satu riwayat dapat terjadi di sanad dan di matan. Atas dasar inilah didapatkan para ulama menghukum satu hadits dengan kelemahan sanadnya tidak mesti menunjukkan matannya pun lemah demikian juga sebaliknya, karena boleh jadi ada hadits yang sanadnya lemah tetapi matannya shohih karena ada riwayat dari sanad yang lain yang mendukung keshohihannya, sebagaimana mungkin juga sanadnya shohih tetapi matannya tidak shohih, karena adanya penyelisihan terhadap yang lebih kuat dan shohih (syudzudz) dan illat (cacat yang tidak nampak yang merusak) dalam matan itu.
(Keterangan: Ilaat adalah faktor yang tersembunyi, merusak keshohihan hadits kendatipun dari luar tampak tidak ber masalah, lihat karya Ibnul Madini, ilal al hadits wa Ma’rifat al Rijal hal.10).
Disini terbukti bahwa para ulama hadits telah memberikan perhatian yang serius pada studi matan sebagaiman mereka memperhatikan studi sanad. Demikian pula mereka tidak hanya menggunakan metode ini pada hadits saja akan tetapi metode ini juga relefan untuk bidang-bidang keislaman yang lainnya seperti tarikh Islam, apalagi pada siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan satu perwujudan dari kehidupan beliau dan masyarakat pada masa itu.
Mudah-mudahan dengan ini akan semakin jelas tujuan dan target kita dalam mempelajari siroh Nabawiyah, sehingga membawa kita semua kepada kesempurnaan dalam meneladani Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam.
Bersambung Insya Allah …
Penulis: Kholid Syamhudi, Lc.
Arsip website Ustadzkholid.com

No comments:

Post a Comment

Sekilas Info

SEKILAS INFO Bismillah Alhamdulillah Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam, keluar...